BAB 2
LANDASAN TEORI
PENILAIAN MUTU
PELAYANAN KEBIDANAN
MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA
1.
Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang
pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu
intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat
yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak
(Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu
pelayanan kebidanan adalah :
·
Kompetensi Teknis (Technical competence)
·
Akses terhadap pelayanan(Access to service)
·
Efektivitas (Effectiveness)
·
Efisiensi (Efficiency)
·
Kontinuitas (Continuity)
·
Keamanan (Safety)
·
Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
·
Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan
kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda
persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan
Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu
terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran
komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu
terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait
dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan
beban biaya.
Untuk mengatasi
adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada
hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs
and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna
kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan
dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun
pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk
mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada
derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual,
tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu
apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b.
Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus
memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan
kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat
rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
profesi kebidanan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam
pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :
1. Struktur
ü Struktur meliputi sarana fisik
perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya
manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
ü Struktur = input
ü Baik tidaknya struktur sebagai input
dapat diukur dari :
o
Jumlah, besarnya input
o
Mutu struktur atau mutu input
o
Besarnya anggaran atau biaya
o
Kewajaran
2. Proses
ü Proses merupakan semua kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan
tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
ü Proses mencakup diagnosa, rencana
pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
ü Baik tidaknya proses dapat diukur
dari :
o
Relevan tidaknya proses itu bagi klien
o
Fleksibilitas dan efektifitas
o
Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar
pelayananyang
semestinya
o
Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
o
3. Outcomes
ü Outcome adalah hasil akhir kegiatan
dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
ü Dapat berarti adanya perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
ü Outcome jangka pendek adalah hasil
dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
ü Outcome jangka panjang adalah status
kesehatan dan kemampuan fungsional klien
2. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA
pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut
dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari 'Plan, Do, Check, Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek,
Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan
masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards
Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini
dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga
disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini
sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A.
Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola
kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan
kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan
yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan
perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu
pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1) Perencanaan (
Plan )
Tahapan pertama
adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan
cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang
lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman
dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang
akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a) Judul rencana
kerja (topic),
b) Pernyataan
tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c) Rumusan tujuan
umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d) Kegiatan yang
akan dilakukan (activities),
e) Organisasi dan
susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f) Biaya yang
diperlukan (budget),
g) Tolak ukur
keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2) Pelaksanaan (
Do )
Tahapan kedua yang
dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini
diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial,
yaitu :
a) Keterampilan
komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap
cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b) Keterampilan
motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c) Keterampilan
kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d) Keterampilan
pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3) Pemeriksaan ( Check
)
Tahapan ketiga
yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a) Sampai seberapa
jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan
b) Bagian mana
kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c) Apakah
sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d) Apakah cara
penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat
memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni
a) Lembaran
pemeriksaan (check list)
Lembar
pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
· Tetapkan
jenis penyimpangan yang diamati
· Tetapkan
jangka waktu pengamatan
· Lakukan
perhitungan penyimpangan
b) Peta kontrol (control
diagram)
Peta kontrol
adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
· Tetapkan
garis penyimpangan minimum dan maksimum
· Tentukan
prosentase penyimpangan
· Buat grafik
penyimpangan
· Nilai grafik
4) Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
TINJAUAN KASUS
PLAN:merencanakan
o
Judul rencana :
penurunan angka diare akut di RSUD Sehat Sentosa
o
Rumusan pernyataan dan uraian masalah
70% diare akut di RSUD Sehat Sentosa
pada bulan januari 2013 mengalami peningkatan. Diare akut: yaitu diare yang
berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari).
Diare akut terjadi karena:
1. Faktor infeksi
a. infeksi enteral: infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak
b. infeksi parenteral: merupakan
infeksi diluar system pencernaan makanan yang dapat menimbulkan diare seperti
otitis media akut (OMA), konsilitis/ konsilofaringitis, bronkopneumonia, dll.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
Diare akut dengan dehidrasi berat
pada anak, bila tidak segera ditangani secara baik dan benar bisa menyebabkan
kematian.
o
Rumusan tujuan:
Menurunkan angka diare akut pada
anak di RSUD Sehat Sehat Sentosa dari 70% pada bulan januari 2013 menjadi 30%
pada bulan maret 2013
o
Uraian kegiatan:
Rencana asuhan pada pasien diare akut antara lain antara
lain :
1. Lakukan rehidrasi
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis
anak
3. Pemberian terapi peroral maupun
parenteal sesuai advis dokter
4. Lakukan pemeriksaan TTV dan teruskan
observasi TTV
5. Berikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
6. Observasi intake dan output
7. Berikan KIE tentang kebersihan diri
o
Metode dan kriteria penilaian:
1.
menjaga kebersihan diri dan lingkungan
2.
status gizi harus seimbang
3.
kebiasaan mencuci tangan
o Waktu
No.
|
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
||||||||||||||||||
1
|
Melakukan rehidrasi
|
O
|
||||||||||||||||||||
2
|
Pemberian terapi peroral maupun parenteal sesuai advis
dokter
|
O
|
||||||||||||||||||||
3
|
Melakukan pemeriksaan TTV dan
teruskan observasi TTV
|
O
|
||||||||||||||||||||
4
|
Memberikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
|
O
|
||||||||||||||||||||
5
|
Mengobservasi intake dan output
|
O
|
||||||||||||||||||||
6
|
Evaluasi dari factor penyebab diare
|
O
|
||||||||||||||||||||
7
|
Memberikan KIE tentang kebersihan diri
|
O
|
||||||||||||||||||||
8
|
Evaluasi
|
O
|
O
|
O
|
||||||||||||||||||
o
Pelaksana
bertugas
untuk mengidentifikasi
- 1
orang bertugas Kegiatan ini dilaksanakan oleh 3 orang yaitu :
- 1
orang untuk penyuluhan
- 1
orang bertugas untuk evaluasi
o
Biaya
Tidak Ada
DO : Melaksanakan
1. Melakukan rehidrasi
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak
3. Pemberian terapi peroral maupun
parenteal sesuai advis dokter
4. Melakukan pemeriksaan TTV dan
teruskan observasi TTV
5. Memberikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
6. Mengobservasi intake dan output
7. Memberikan KIE tentang kebersihan
diri
CHECK : Mengamati
perubahan/pemeriksaan
No
|
Kegiatan
|
Dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
1
|
menjaga kebersihan diri dan lingkungan
|
ü
|
|
2
|
status gizi harus seimbang
|
ü
|
|
3
|
kebiasaan mencuci tangan
|
ü
|
Action : Perbaikan
Dalam pelaksanaan perencanaan kegiatan penurunan angka diare akut pada anak di RSUD Sentosa Sehat ditemukan bahwa faktor kebersihan yang menjadi penyebab terjadinya diare akut pada anak. Setelah dilakukan evaluasi pada tahap check ditemukan kurangnya menjaga kebersihan pasien sehingga ini merupakan factor utama terjadinya diare akut. Oleh karena itu dilakukan langkah perbaikan pada pasien dengan cara mengajarkan cuci tangan yang benar, menjaga kebersihan perseorangan dan kebersihan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar