Kejang pada Anak, Sebab dan Penanganannya
Image by : Fotosearch
Kejang
pada anak, terutama usia balita, seringkali tidak dimengerti oleh para
orang tua. Akibatnya, orang tua kerap menjadi panik dan berpotensi
melakukan langkah yang justru salah dan membahayakan. Mari kenali
penyebab, gejala dan langkah pertolongannya.
Untuk
lebih memahami kejang pada anak, kita mesti mengetahui apa sesungguhnya
yang menjadi penyebab. Otak manusia terdiri atas jutaan sel saraf, di
mana sel-sel tersebut berkomunikasi satu sama lain melalui hantaran arus
listrik. Ketika terdapat kejadian abnormal berupa pelepasan muatan
listrik yang berlebihan di otak, maka terjadilah kejang.
Hal
ini juga bisa dipicu oleh berbagai kondisi/penyakit, seperti kejang
demam, epilepsi, dehidrasi dan gangguan elektrolit – akibat diare atau
muntah-muntah, infeksi susunan saraf pusat, tumor susunan saraf pusat,
hingga cedera kepala. Masalah kejang pada anak menjadi berbahaya karena
tanda-tanda yang ditunjukkannya seringkali samar, dan si anak tidak
dapat mengkomunikasikan keadaannya sendiri. Oleh karena itu, para orang
tua sebaiknya mengenali tanda-tandanya.
Apa
saja tanda-tanda kejang pada anak? Kejang pada anak muncul secara
mendadak, gerakannya tidak dapat dikontrol, tidak berhenti bila
dipegang, dapat muncul saat tidur, serta dapat disertai penurunan
kesadaran. Secara fisik, anak yang kejang biasanya akan kaku atau
kelojotan, atau bisa juga disertai wajah yang membiru atau pucat,
kedutan pada wajah, hingga perubahan perilaku seperti mengamuk atau
tertawa tanpa sebab.
Jika ada orang tua yang melihat tanda-tanda seperti di atas, maka lakukan langkah-langkah berikut:
- Jangan panik.
- Baringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring ke salah satu sisi tubuh.
- Letakkan bantal atau benda lunak lain di bawah kepala.
- Keluarkan benda atau makanan yang ada di dalam mulut.
- Longgarkan baju atau aksesoris yang ketat.
- Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya.
- Beri obat kejang melalui anus, atau bawa ke UGD terdekat.
Beberapa
kesalahan yang kerap dilakukan para orang tua saat terjadi kejang pada
anak adalah memasukkan sendok atau benda lain ke mulut, menahan
gerakan-gerakan yang terjadi, atau memberi minuman dan obat lewat mulut.
Hal-hal seperti ini jangan dilakukan karena justru berpotensi
menimbulkan bahaya bagi si anak.
Sebaliknya,
lakukan langkah-langkah di atas, dan perhatikan hal-hal seperti apa yang
dialami anak sebelum, ketika, dan setelah kejang. Kemudian, catat pula
lama kejang, frekuensi kejang, serta – jika ada – interval antara
kejang. Observasi seperti ini sangat penting bagi perawatan kejang di
kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar